AI atau artificial intelligence adalah salah satu kemajuan teknologi yang akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan hangat. Mengapa? Karena digandang-gandang mampu mempermudah pekerjaan manusia. Salah satunya adalah pekerjaan menulis.
Akhir-akhir ini, saya sering sekali melihat salah satu iklan yang sering sekali berseliweran di social media, yaitu AI untuk menulis. Disebutkan bahwa AI tersebut mampu menulis artikel 10x lebih cepat dibandingkan dengan tenaga manusia plus mereka memberikan klaim bahwa artikel ini juga lebih mudah dideteksi oleh google untuk masuk ke SEO mereka.
Well, awalnya saya memang cukup shock melihat hal ini, mengingat beberapa teman saya di social media mempertanyakan hal ini yang membuat saya khawatir, karena menurut laporan dari BBC tahun 2019, seperti dikutip dari detik.com, 20 juta tenaga kerja akan kehilangan pekerjaan dan Oxford Economics menganalisa bahwa hal tersebut akan terjadi di tahun 2030.
Selain itu, sebuah studi dari Deloitte berjudul Cognitive technologies: The real opportunities for business menyebutkan bahwa dalam 3-5 tahun kedepan diramalkan adanya pertumbuhan eksponensial produk-produk yang berbasiskan AI yang akan menjadi sebuah momok bagi perusahaan, terutama para karyawan yang takut kehilangan pekerjaan mereka.
Namun, setelah saya melihat dari berbagai sudut pandang dan pengalaman; baik dari pribadi maupun orang lain, ternyata menulis adalah pekerjaan yang memang tidak akan terkena disrupi sekalipun. Bahkan, AI sendiri pun tidak mampu membuat tulisan yang seindah dibuat oleh manusia.
Mengapa demikian? Berikut 4 alasan utama mengapa menulis adalah hal yang tidak terkena disrupsi:
1. Kreatifitas
Apa yang membuat Homo Sapiens atau manusia bisa menjadi penguasa di bumi ini? Apakah kekuatan fisik mereka? Tidak juga. Banyak hewan yang memiliki kekuatan fisik jauh lebih kuat dibandingkan dengan manusia. Kepintaran? Tidak juga. Lalu apa yang bisa membuat manusia menjadi penguasa di muka bumi ini?
Jawabannya hanya ada 1: Cerita. Well, kedengarannya memang konyol. Namun inilah fakta yang ada dan tidak pernah diceritakan oleh siapapun. Yuval Noah Harrari, sejarawan dari Universitas Tel Aviv dan penulis buku Sapiens mengatakan bahwa hanya dengan cerita, manusia bisa mampu membangun peradaban yang besar.
Dengan cerita juga, manusia bisa membangun sebuah koloni untuk bisa bertahan hidup dari gempuran alam yang ganas serta membuat perubahan yang akhirnya tertulis dalam sejarah (walaupun banyak yang dipalsukan) hanya dengan bermodalkan cerita saja. Bahkan mampu menciptakan kedamaian, kekacauan, sampai menghasilkan uang dalam jumlah yang fantastis.
Ada banyak sekali industry-industri entertainment yang mampu meraup untung milliaran dollar hanya dengan bermodalkan ceita saja. Lihat saja Disney Entertainment. Berdasarkan laporan keuangan mereka per tanggal 1 Oktober 2022, seperti dikutip dari gobankingrates.com, mereka mampu meraih profit bersih mencapai $98.88 milliar!
Ada sebuah ungkapan jawa yang berbunyi: “Manunggaling Kawulah lan Gusti” yang artinya adalah diri Sang Pencipta berada dalam satu kesatuan dengan manusia. Sebagai mahkluk yang memiliki wujud dan rupa Sang Pencipta, kita juga diberi kekuatan yang mirip denganNya, yaitu membuat atau menciptakan sebuah karya yang bisa dinikmati oleh sesama manusia.
Dengan adanya kreatifitas, maka manusia mampu menciptakan hal-hal yang berawal dari imajinasi, menjadi kenyataan; bahkan hal yang mustahil sekalipun dan sejarah sudah banyak sekali mencatat mengenai peristiwa-peristiwa ini.
Salah satu karya yang dapat diciptakan oleh manusia adalah tulisan. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, tulisan dapat dibuat dengan menggunakan AI. Sehingga lambat laun, dikhawatirkan profesi penulis akan menjadi punah.
Namun, sebenarnya ada hal lain yang membuat mengapa tulisan yang dibuat manusia jauh lebih bermakna dibandingkan dengan tulisan yang dihasilkan oleh AI, yaitu:
2. Taksu
Pernahkah Anda melihat sebuah karya seni; katakanlah sebuah lukisan, dimana lukisan tersebut seolah-olah hidup atau memiliki jiwa yang mampu memikat orang lain untuk memandanginya dalam waktu yang lama, bahkan rela menghabiskan uang dalam jumlah yang banyak untuk memilikinya?
Mengapa bisa demikian? Karena karya tersebut memiliki sebuah taksu. Taksu adalah sebuah istilah dari bahasa Bali yang berarti kekuatan suci dari Sang Pencipta untuk membangkitkan dan meningkatkan daya kreatifitas, intelegensia dan kemampuan seseorang untuk bisa memberikan sebuah makna atau jiwa dari karya yang diciptakannya.
Bagian ini juga menjadi salah satu bagian dari kekuatan “Sang Pencipta” yang berada dalam diri manusia, yaitu memberikan jiwa kepada benda-benda yang mereka ciptakan, sehingga benda tersebut bisa memiliki nilai yang luar biasa di mata orang lain.
Hermawan Kartajaya, Begawan Marketing Indonesia dan pemilik Markplus, salah satu konsultan marketing terbesar di Indonesia, dalam wawancaranya di kanal youtube Hermawan Tanoko menjelaskan bahwa sekarang digitalisasi sudah menjadi satu bagian dengan dunia pemasaran.
Seperti yang kita ketahui, dalam pemaparan ahli pemasaran yang pernah dinobatkan menjadi 50 Gurus Who Have Shaped the Future of Marketing ini, dunia marketing mengalami perubahan pesat sejak adanya digitalisasi.
Dimulai dari marketing 4.0, dimana konsep ini melakukan pendekatan gabungan interaksi online & offline antara pemiliki bisnis (brand) dengan pelanggannya. Lalu berkembang menjadi marketing 5.0, dimana adanya kombinasi antara kemajuan teknologi dan sentuhan humanis untuk mempermudah manusia dalam menganalisa dan menciptakan sebuah peluang atau karya.
Pada dasarnya, marketing 5.0 memiliki kesamaan dengan prinsip taksu, dimana teknologi hanya berperan sebagai alat untuk menciptakan sebuah karya dan manusia tetap berperan penting dalam memberikan makna atau jiwa dalam karya tersebut agar bisa dirasakan nilainya oleh orang banyak.
Lalu, apa hubungannya dengan penulis?
Profesi penulis tidak bisa dipisahkan dengan dunia marketing, karena tulisan merupakan salah satu unsur penting dalam dunia marketing. Ada banyak sekali tools yang bisa digunakan oleh penulis dalam menunjang pekerjaannya.
Namun hal yang paling penting adalah bagaimana seorang penulis bisa membuat tulisan yang impactful atau berdampak bagi orang banyak dengan cara memberikan nilai/makna/jiwa pada tulisan tersebut.
Caranya? Manusia bisa membuat tulisan dengan bahan yang sama, namun bahasa maupun sudut pandangnya bisa dibuat menjadi berbeda, sehingga hal tersebut bisa membuat tulisan tersebut menjadi di mata pembacanya.
Berbicara mengenai tulisan yang menarik, ada 1 hal yang membuat sebuah tulisan menjadi bermakna di mata para pembacanya, dimana hal ini menjadi salah satu kunci otentisitas yang hanya dimiliki oleh manusia dan tidak dapat ditiru oleh AI.
Hal tersebut adalah:
3. Pengalaman
Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “Pengalaman adalah hal termahal yang pernah dirasakan manusia”. Pastinya setiap manusia pernah mengalami pengalaman; baik itu menyenangkan atau buruk.
Setiap manusia sebagai makhluk social memiliki kecenderungan untuk mau berbagi. Salah satunya adalah pengalaman. Dari setiap pengalaman itu, terselip sebuah hal berharga atau pelajaran yang pastinya bernilai sangat mahal. Bahkan, nilainya pun bisa melebihi harga sebuah berlian atau mobil mewah.
Dengan pengalaman, maka manusia bisa belajar banyak mengenai hal apapun yang ada di dalam kehidupan ini. Dengan pengalaman yang berbeda dan otentik dari setiap individu, maka manusia bisa belajar berhati-hati dalam mengambil keputusan dan bertindak. Sehingga, mereka bisa menjadi jauh lebih bijak, dewasa dan sabar. Serta mengetahui sebuah hal dari semua sudut pandang.
Nah, apakah AI memiliki hal ini? Tidak. Mereka hanya bisa mengolah tulisan berdasarkan perintah saja, tanpa pernah mengalami hal-hal yang bisa memberikan insight atau sudut pandang baru akan sebuah hal dalam kehidupan ini.
Pada saat manusia menuliskan pengalaman mereka, orang lain mampu merasakan energi dari tulisan tersebut. Hal inilah yang dinamakan sebagai:
4. Empati
Masih ingatkah Anda dengan kasus Holy Wings yang membuat salah satu menu minuman dengan nama Nabi dari umat tertentu? Yup. Ini adalah salah satu pelajaran paling keras yang pernah saya lihat, dimana seringkali manusia lupa untuk memperhatikan perasaan orang lain.
Padahal dalam dunia penulisan, empati sangatlah penting. Karena dengan empati, manusia mampu mengetahui apa yang audience mereka rasakan dan pikirkan. Sehingga, mereka mampu membuat bagi audience atau pembaca mereka.
Kita bisa melihat bahwa manusia saja bisa melupakan empati pada saat membuat tulisan, apalagi AI. Mengapa? Karena suatu saat, jika AI mengalami kerusakan, maka bisa saja ia membuat tulisan yang asal-asalan, dimana bisa saja hal tersebut mengundang keributan yang dipicu oleh ketersinggungan akibat tulisan tersebut mengandung unsur pelecehan.
Dari semua penjabaran diatas, bisa disimpulkan bahwa pekerjaan menulis adalah salah satu hal yang tidak bisa tergantikan oleh apapun. Bahkan oleh AI sekalipun. Mengapa? Karena AI bisa menciptakan atau membuat tulisan yang bagus, tetapi manusia mampu memberikan makna dan jiwa dalam tulisan yang dibuat, sehingga bagi orang disekeliling mereka.
Lantas dengan ini, apakah AI perlu dimusuhi? Tidak juga. Bahkan secara tidak langsung, AI dapat mempermudah kerja para penulis, terutama di dunia modern ini, dimana speed atau kecepatan merupakan salah satu hal penting yang diperlukan manusia saat ini.
Lalu, bagaimana AI dapat membantu atau mempermudah kerja manusia dalam menulis? Hal ini akan saya bahas dalam tulisan saya berikutnya berdasarkan pengamatan & pengalaman saya. Tunggu artikel berikutnya.
NB: Mau punya artikel, script atau email marketing yang berkualitas tinggi untuk bisnis Anda, tapi ga punya waktu untuk membuatnya? Dapatkan solusinya DISINI